Test
Kondisi pandemi akibat Covid-19 ini memaksa masyarakat dari jenjang usia berapa pun dengan latar belakang apa pun, harus bisa mengikuti perkembangan teknologi. Pasalnya, pandemi membuat manusia tak bisa berhubungan dengan jarak dekat sebab harus menjalani pembatasan kegiatan.
Jika sebelumnya masyarakat bisa bertatap muka dan bertemu dengan bebas, karena persebaran virus Covid-19 ini membuat harus bisa berkomunikasi jarak jauh. Dalam hal ini, teknologi lah memegang peran penting.
Manusia tetap bisa berkomunikasi dengan siapa pun dan di mana pun dengan menggunakan handphone ataupun sosial media. Untuk bidang pendidikan pun, para pelajar harus bisa membiasakan diri melakukan pembelajaran jarak jauh.
Tapi sayangnya, meningkatnya penggunaan internet dan telepon pintar hingga teknologi tidak sebanding dengan kemudahan yang bisa dirasakan semua masyarakat.
Sebab, masyarakat yang tinggal di kota tentu bisa mendapatkan akses dengan lebih mudah. Berbeda dengan mereka yang tinggal di daerah, bisa dikatakan jauh dari akses internet sehingga terjadinya ketimpangan.
“Untuk masyarakat urban (perkotaan) yang memiliki akses cukup besar tidak ada masalah, tetapi masyarakat rural (pedesaan) yang jauh dari akses internet, jauh dari akses teknologi informasi tentu saja dia akan semakin tertinggal,” jelas Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, dilansir dari Jawapos.com, Minggu (15/05/2022).
“Satu sisi ini adalah proses percepatan, tetapi di satu sisi ada yang tertinggal dan yang tertinggal akan semakin jauh tertinggal,” imbuhnya.
Karena itu, menurut Muhadjir, tugas dari akademisi dan cendekiawan untuk ikut membantu mewujudkan kesejahteraan digital dan mengentaskan ketimpangan akses teknologi digital ini.